Mengenang G30S-PKI,HMI Cabang Singaraja, PC IMM dan PC KMHDI Buleleng Gelar Nobar Film Senyap "The Look Of Silence" dan Diskusi


Sumber Gambar: Pamflet Kegiatan
Penulis: Etik Maesawardani


AMBARARAJANEWS.COM_Bertepatan dengan hari memperingati peristiwa bersejarah G30S-PKI, organisasi kepemudaan di Buleleng diantaranya HMI Cabang Singaraja, PC KMHDI Buleleng, dan PC IMM Buleleng gelar Nonton Bareng (Nobar) Film Senyap "The Look Of Silence" dan Diskusi yang berlokasi di Kedai Kita, Singaraja, Buleleng, Kamis (30/09/21).

Acara ini dihadiri oleh Dr. I Made Pageh, M.Hum, Dosen Sejarah di Undiksha, sebagai pembicara, Achmad Chalim, SE, Ketua Umum HMI Cabang Singaraja periode 2019-2020 sebagai pemantik, dan Ni Ketut Sri Handayani mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja sebagai moderator.

Ketua Umum HMI Cabang Singaraja, sebagai salah satu penggagas acara ini menyampaikan, mengenang peristiwa bersejarah bangsa kita G30S-PKI hari ini, maka dibentuklah kolaborasi antar organisasi kepemudaan di Buleleng untuk mengadakan kegiatan Nobar dan Diskusi Film Senyap " The Look Of Silence".

"Kegiatan Nobar & Diskusi ini adalah salah satu ikhtiar memperingati peristiwa sejarah G30S-PKI, HMI bersama kawan-kawan KMHDI dan IMM sepakat ingin memberikan sudut pandang berbeda dengan memutar film Senyap "The Look Of Silence", tentang peristiwa tersebut. Pemateri yang kami hadirkan pun adalah dosen sejarah Undiksha yg memang expert dibidangnya. Terpantau acara berlangsung dengan lancar dan protokol kesehatan tetap berjalan" Ujarnya.

Kegiatan ini pun disambut baik dan dengan antusias yang tinggi dari para pemuda Buleleng, khususnya yang berada di Singaraja. Hal ini tentu memberikan dampak yang positif bagi kaum millenial untuk mencoba menyelami sejarah bangsa kita, sebagimana pesan dari Ir. Soekarno "JAS MERAH" (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah).

Sebagai generasi millenial harus mengetahui sudut pandang dan dasar-dasar pemahaman G30S-PKI agar tidak salah menilai tentang peristiwa-peristiwa kelam ini. Jangan sampai generasi sekarang emosi karena menilai peristiwa zaman lalu dengan zaman sekarang ini, apalagi hanya mendasarkan diri dengan HAM. 

Sumber Gambar: Dokumen HMI Cabang Singaraja
Ket. Gambar: Kegiatan Nonton Bareng Film Senyap

Dr. I Made Pageh, M.Hum dalam kesempatan ini sebagai pembicara menjelaskan, sesungguhnya menilai peristiwa zaman lalu dengan kondisi zaman sekarang itu sering ganjal dan keliru, apalagi tolak ukur yang dipakai ialah tolak ukur luar negeri. Pahamilah situasi peristiwa di zamannya, jiwa zamannya dan ikatan budaya zamannya, sehingga lebih mudah untuk mengerti dan tidak salah tafsir.

"Jangan menilai bunga mawar dengan bunga melati, sehingga penilaian kita tepat dan tidak mengambil nilai-nilai didalamnya, terutama dalam memadukan berbagai sudut pandang cerita terjadinya peristiwa G30S-PKI itu menjadi benar. Karena peristiwa G30S-PKI itu terjadi hanya sekali, setelah itu diceritakan, difilmkan, didramakan, begitu seterusnya, setiap generasi akan membuat film baru sesuai dengan kepentingan generasi nya." Jelasnya.

Sebagai generasi millenial, supaya bijak dalam menanggapi hal-hal yang mengakibatkan munculnya emosi, salah satunya emosi SARA. 

Pria yang berprofesi sebagai dosen sejarah di Undiksha itu juga menyampaikan jangan menjadi orang baru yang membangkitkan luka lama karena tidak mau berdamai dengan sejarah.

"Jadikanlah peristiwa G30S-PKI itu sebagai pengalaman sejarah bangsa dan menjadi pembelajaran untuk kita agar tidak mengulangi peristiwa kelam di masa lalu. Sehingga kita bisa tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang bijak dalam menanggapi berbagai persoalan yang mengakibatkan munculnya emosi SARA itu". Tambah Pageh.

Menanggapi kegitan nobar dan diskusi ini, Dr. Made Pageh, M.Hum mengatakan kegiatan ini merupakan hal yang positif dan memang dibutuhkan pada saat ini, karena hal seperti inilah wujud real daripada kesadaran generasi muda tentang ke-Indonesiaan, tanpa membedakan kesukuan, keagamaan dan lain sebagainya, karena ini dilaksanakan oleh pemuda yang berbasis pada agama, suku dan asal daerah yang berbeda-beda, dengan demikian real adanya kerukunan diantara mereka. 

" Event-event seperti inilah yang dibutuhkan oleh pemuda atau generasi millenial saat ini. Kegiatan seperti ini dapat dikatakan bahwa generasi millenial memiliki kesadaran tentang ke-Indonesiaan. Paling tidak generasi yang ikut nobar, masing-masing akan punya pacar, suami ataupun anak yang akan diberikan sudut pandang ke-bhineka-an, sudut pandang ke-multikultur-an, sudut pandang kebajikan untuk melihat sesuatu yang memang harus dijadikan pelajaran, karena membunuh manusia apapun alasannya tidaklah dibenarkan dan diajarkan oleh agama manapun. Tetapi jika peristiwa itu sudah terjadi, bukan karena agama dia melakukan pembunuhan, tetapi karena politik, maka berhati-hatilah dalam berpolitik, jangan sampai mengakibatkan munculnya pembunuhan, karena itu diluar dari hak manusia, pembunuhan atau kematian itu adalah hak Tuhan, bukan hak manusia." Tutupnya.

Sumber Gambar: Dokumen HMI Cabang Singaraja
Ket. Gambar: Foto Bersama dengan Pembicara dan OKP Buleleng