Relevansi Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) Sebagai Fondasi Spirit Ketauhidan Dan Amaliah Kader HMI



(Sampul Buku : Azhari Akhmal Tarigan)

Islam sebagai sebuah ad-Dien yang sempurna, telah memberikan sebuah gambaran umum tentang pemecahan berbagai masalah yang sedang, maupun akan dihadapi manusia. Sebagai wujud ad-Dien yang sempurna, Islam tidak hanya mengatur hubungan individual makhluk dan peribadatan terhadap khalik belaka (ibadah), namun juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan sesamanya (muamalah).

Cakupan ruang lingkup Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya misalnya pengaturan dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, pendidikan, sosial, dan uqubat.

Sebagaimana di dalam  Al-Qur’an yang telah menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia agar menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktivitasnya sebagai pengabdian kepadaNya.  Agama Islam merupakan suatu konsep kehidupan yang mempunyai landasan atau prinsip yang khas dan spesifik dari agama-agama lain. Di dalam ajaran agama Islam, prinsip tersebut dikenal dengan istilah "Akidah atau Tauhid". Landasan inilah yang seharusnya mendasari sikap, gerak dan pola pikir setiap muslim.

Wawasan pemahaman seseorang terhadap tauhid, serta komitmenya terhadap akidah, biasanya terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi, dan pola pikirnya dalam kehidupan yang nyata.  Dengan demikian, semakin dangkal akidah tauhid seseorang maka akan rendah pula kadar akhlak, kepribadian, serta pola pikiranya. Sebaliknya, apabila akidah seseorang telah kokoh dan mapan, maka akan jelas terlihat dalam operasionalnya. Karena Tauhid merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya.

Dalam rangka memperkokoh ketauhidan HMI sebagai organisasi pengkaderan, memiliki garis pokok yang dituangkan dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI. NDP HMI sebagai garis pokok itu tidak melulu mempekuat hubungan insan dengan Tuhannya, melainkan insan dengan insan yang lebih luas (masyarakat) tetapi  tetap berkiblat pada garis pokok tauhid yang dimaskudakan dalam NDP HMI.

Melalui pemahaman nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI, yang merupakan kitab atau buku yang berisi kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi ke dalam diri seorang kader. Dengan semesetinya diharapkan nilai-nilai tersebut akan menjelmah ke dalam perilaku dan aktivitas keseharian kader HMI, baik dalam aras kehambaan maupun kekhalifahan.

Tidak seperti ideologi pada umumnya yang berangkat dari gagasan, ide, dan pemikiran seorang tokoh tentang sesuatu. Nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI, diderivasi dari Alquran dan Hadist, dan dirumuskan oleh Nurcholis Madjid.

Perumusan nilai-nilai dasar perjuang (NDP) HMI  yang digagas oleh cak Nur, telah menghimpun ayat-ayat Alquran yang berhubungan dengan tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan sosial, ekonomi, serta ilmu pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu konsep yang utuh tentang pandangan dunia.



Konsepsi NDP Sebagai Pembentuk Ketauhidan Kader HMI

Secara (etimologi) kata tauhid adalah merupakan bentuk kata mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu " wahhad yuwahiddu wahdah" yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Tauhid merupakan aqidah dan keimanan yang denganya manusia dapat meraih kebahagiaan.

Menurut Djafar Shabran dalam bukunya risalah tauhid, arti kata tauhid adalah meng-Esakan, berasal dari kata wahid artinya Esa, satu atau tunggal. Yang dimaksud dengan meng-Esakan Allah SWT, dzat-Nya, sifat-Nya, asma‟-Nya dan af‟al-Nya. Sesuai dengan fitrahnya tersebut, manusia bertugas untuk mengabdi kepada Allah, seperti yang telah difirmankan Allah “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaka-KU“ (Q.S. Adz-Dzariyat/51: 56).

Menurut Hamka bahwa Tauhid adalah menyatakan kepercayaan. Tidak terpecah-pecah kepada yang lain, seluruh alam ini sudah diatur oleh satu pengatur dan menurut satu aturan. Segala yang ada ini takhluk kepada hukum-hukum dan undang-undang yang satu.

Umat manusia itu pun satu adanya. Sama-sama maklhuk yang diberi akal dan pikiran oleh Allah. Tidak ada kelebihan seseorang daripada orang lain melainkan dengan teguh kepercayaan dan takwanya kepada Allah.

Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir sama yakni, Pertama, mengenai Iman, menurut Asyariyah iman hanyalah membenarkan dalam hati. Senada dengan ini Imam Abu Hanifah mengatakn bahwa iman hanyalah “itiqad”. Sedangkan amal adalah bukti iman. Namun tidak dinamai iman. Ulama Salaf di antaranya Imam Ahmad, Malik, dan Syafi‟i, iman adalah “Iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota tubuh”.

Kedua, Aqidah, menurut bahasa ialah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati, mengikat, dan merngandung perjanjian.Sedangkan menurut terminologis di antaranya pendapat Hasan al-Banna mengatakan bahwa aqidah ialah beberapa hal yang harus diyakini kebenarannya oleh hati, sehingga dapat mendatangkan ketenteraman, keyakinan yang tidak bercampur dengan keragu-raguan”.

Tauhid merupakan tema sentral aqidah dan iman.” Seperti yang telah difirmankan Allah “Katakanlah : Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah Tuhan, Tuhan segala tempat harapan, Tiada ia berputra dan tiada pula berbapak, serta tiada satupun baginya sepadan” (Q.S. Al-Ikhlas/112: 1- 4).

Kemudian diantara pengertian tauhid tersebut, ruang lingkup pembagian tauhidnya adalah sebagai berikut:
 (1) Ilahiyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan IIlah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af‟al Allah dan lain-lain.
(2) Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu‟jizat, karamat dan lain sebagainya.
 (3) Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
 (4)  Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam‟i (dalil naqli berupa al-Qur‟an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lain sebagainya.

Jika dikorelasikan dengan konsepsi Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang merupakan kitab atau buku, di mana di dalamnya berisi kumpulan nilai dasar perjuangan yang harus terinternalisasi kedalam diri seorang kader. Nilai-nilai tersebut  akan menjelamah ke dalam perilaku dan aktivitas keseharian kader, baik dalam aras kehambaan maupun kekhalifahan.

Tidak seperti ideologi pada umumnya yang berangkat dari gagasan, ide, dan pemikiran seorang tokoh tentang sesuatu, NDP diderivasi dari Alquran dan Hadis. Perumusnya, Nur Cholis Madjid, telah menghimpun ayat-ayat Al-quran yang berhubungan dengan tauhid, kemanusiaan, takdir, keadilan sosial, ekonomi serta ilmu pengetahuan, kemudian merangkainya menjadi satu konsep yang utuh tentang pandangan dunia. Setelah draft tersebut selesai, lalu didiskusikan bersama Endang Saifuddin Anshari dan Sakib Mahmud.

Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI sebagai ideologi dan doktrin perjuangan, menempati posisi strategis. HMI yang berperan sebagai organisasi perjuangan, berusaha melakukan perubahan dalam masyarakat, telah memiliki Nilai-Nilai Dasar Perjuangan untuk melakukan perubahan. Mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan NDP tidak cukup hanya dengan mengetahui sejarah perumusan NDP, isi dari masing-masing Bab. Akan tetapi, pengetahuan dan pemahaman tentang NDP, harus menempatkannya sebagai satu ideologi dan doktrin perjuangan HMI yang memuat gagasan-gagasan revolusioner untuk mengatur kehidupan masyarakat yang disusun di dalam sistem berikut aturan-aturan operasionalnya.

Jika ditilik secara sejaranya, maka sebenarnya Nilai-nilai dasar perjuangan  (NDP) HMI tidak lahir begitu saja dalam ruang yang hampa kultural. Ia lahir didasarkan pada realitas historis kondisi HMI yang sampai 1970-an belum memiliki sebuah buku tentang Islam khomprensif dan syumul (memuat ajaran fundamental Islam) yang dijadikan pegangan serta landasan perjuangan bagi kader-kadernya. Layaknya sebagai organisasi perjuangan, HMI  harus memiliki perangkat “ideologi” yang akan menjadi roh dan spirit gerak himpunan.

Mengapa dinamakan (NDP) HMI,  dalam tulisannya Cak Nur, mengisahkan bahwa semula NDP ini ingin dinamakan Nilai Dasar Islam (NDI). Namun khawatir kesan klaimnya cukup tinggi, seolah-olah hanya inilah nilai-nilai Islam, maka (NDI) akhirnya dihindari dan kemudian disesuaikan dengan aktifitas HMI yakni sebagai organisasi mahasiswa.

Selanjutnya Cak Nur menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Willy Eiche, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat Jerman, berjudul The Fundamental Values and Basic Demand of Democratic Sosialism (Nilai-Nilai Dasar dan Tuntutan-Tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat). Dari buku inilah Cak Nur terispirasikan untuk mengambil istilah “Nilai-Nilai Dasar”. Sedangkan kata perjuangan diambil dari buku Syahrir yang berjudul Perjuangan Kita. Akhirnya, nama konsep tersebut menjadi Nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI.

Penulisan NDP, menurut Cak Nur, diinspirasi oleh sedikitnya tiga fakta. Pertama, tidak adanya bacaan yang komprehensif dan sistematis tentang ideologi islam. Cak Nur dan teman-teman tersadarkan akan perlunya sebuah pedoman ideologi setelah perjalanan yang begitu panjang pada masa pemerintahan Orde Lama yang secara terus menerus terlibat di dalam perjuang ideologis melwan PKI dan Nasionalis-Kiri.

Kedua, adanya kecemburuan Cak Nur terhadap anak-anak muda komunis yang oleh partainya disediakan buku pedoman keciil berjudul Pustaka Kecil Marxis (PKM). Ketiga, adanya ketertarikan Cak Nur, pada buku kecil yang ditulis oleh Willy Eicler, Fundamental Values and Basic Demand of Democratic Sosialism.Tulisan tersebut merupakan upaya reformulasi ideologi bagi Partai Sosial Demokrat Jerman (German Social Democratic Party) di Jerman Barat. 

Pada Kongres ke-10 di Palembang tahun 1971 konsep dasar Islam ini dikukuhkan dengan nama “Nilai-Nilai Dasar Perjuangan” yang disingkat dengan (NDP) tanpa perubahan isi sama sekali.Pada kongres ini, NDP secara resmi dijadikan sebagai pedoman perjuangan HMI, sebagai pemahaman islam mahdzab HMI yang memuat tujuh tema pokok yakini,

(1) Dasar-dasar kepercayaan.
(2) Pengertian-pengertian dasar tentang kemanusiaan.
(3) Keharusan universal (takdir) dan kebebasan berusaha (ikhtiar).
(4) Ketuhanan yang maha esa dan perikemanusiaan.
(5) Individu dan masyarakat, (6) Keadilan sosial dan ekonomi.
(7) Kemanusiaan dan ilmu pengetahuan.

Dalam perjalanan sejarah NDP, pada masa orde baru di bawah kepemimpinan soeharto pemerintah menganut asas tunggal dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila, NDP pun berubah nama lagi menjadi “Nilai Identitas Kader” (NIK) namun dengan tidak merubah isi dari NDP. Perubahan nama ini kemudian disahkan pada kongres ke-16 di Padang 1986 sebagai implikasi dari perubahan azas dalam anggaran dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) HMI.

Secara implisit perubahan nama NDP ke NIK dan penggantian azas organisasi dari Islam menjadi pancasila adalah adanya reorientasi gerakan HMI dari ideologis ke intelektualis (dari Struktural-formalistik ke substansial kultural). Sebab dari diubahya nama NDP menjadi NIK karena,

(1)Penguasa menganggap kata perjuangan dapat mengganggu stabilitas nasional.
(2)Untuk membedakan kader HMI dengan yang bukan kader.

Setelah orde baru tumbang dan alam demokrasi yang kian berkibar, maka pada Kongres ke-22 di Jambi tahun 2000, NIK kembali menjadi nama NDP. Dengan frame di atas, NDP diharapkan menjadi pertama, substansi spirit ajaran Islam Khas HMI.

Kedua, komposisi dan formulasi ideal dan utuh dari makna iman, ilmu dan amal. Karena itu NDP dapat dipahami sebagai sarana pokok dan utama untuk mewujudkan kemanusiaan dan kemasyarakatan universal.

Ketiga, NDP adalah paham sekaligus keyakinan berpikir HMI yang dapat menjadi landasan dan energi utama anggota HMI dalam mewujudkan misinya. Keempat, NDP adalah landasan etis dan normatif setiap kader HMI untuk mencapai tujuannya.

Oleh karena itu, ke empat frame NDP menegaskan bahwa kedudukan NDP dalam wadah Organisasi HMI adalah sebagai landasan perjuangan untuk mencapai tujuan perjuangan HMI sekaligus sebagai filsafat sosial dalam berkehidupan yang sesuai dengan nilai -nilai kemanusiaan.

Relevansi NDP HMI Sebagai Praktik  Tauhid dan Amaliah Kader HMI


Cara berpikir yang dituju oleh (NDP) HMI adalah pola berpikir kritis dan tidak terjebak pada pola berpikir hitam-putih. Pola berpikir hitam-putih membuat orang tidak mampu melihat pemikiran alternatif lainya. Kesanya menjadi dogmatis, jika tidak hitam, putih ; jika tidak benar, salah. Padahal kebenaran yang dimaksud kerapkali merupakan hasil kontruksi pemikiran sendiri yang sangat relatif walaupun dikatakan bersumber dari teks suci.


 Jadi, kerap kali orang yang berpikirnya hitam-putih, cenderung memebenarkan, bahkan memutlakkan kebenaran yang dicapainya sendiri. Karena ia telah menganggap pemikiranyalah yang paling benar. Ia menjadi ekslusif lama- kelamaan, orang yang seperti ini cenderung untuk “ mempertuhanakan hawa nafsunya” atau “ menjadikan dirinya sebagai” thogut”. Hal ini sangat mungkin karena potensi yang dimiliki manusia untuk menjadi thogut sangat besar.

Dalam rangka mengantisipasi kecenderungan  seperti ini, pada Bab awal (NDP) HMI, tentang dasar-dasar  kepercayaaan, kemungkina-kemungkinan yang terburuk telah diantisipasi dengan baik. Pemakaian “la ilaha illa Allah” sebagai negasi (al-nafyu) dan afirmasi (al-isbat) menggiring kita untuk melihat bahwa yang mutlak itu hanya Allah Swt. Sedangkan yang lainya adalah relatif, siapa saja yang memutlakkan selain Allah Swt, berarti ia menjadikan Allah bersyarikat (Syarik)  atau berbilang (andad).

Dengan demikian, ia telah memiliki kepercayaan yang salah dan akhirnya ia akan dibelenggu oleh keepercayaan yang salah tersebut. Impilikasi cara pandang bahwa Tuhan sebagai kebenaran  mutlk aan menjadikaan kader-kader HMI, memiliki watak yang dinamis dan progresif untuk selalu mencari serta menemukan kebenaran.

Karena bagaimanapun, kebenaran yang absolut tidak akan pernah terpenuhi tanpa melakukan eksperimentasi terhadap kebenaran-kebenaran relatif tersebut, pemikiran dan perangkat-perangkat ilmu pengetahuan serta teknologi, akan dicurahkan sepenuhnya, sampai ditemukan kebenaran mutlak.

Pesan-pesan moral NDP, dapat dikontekstualisasikan dengan problema saat ini. Isu-isu ekonomi, tidak ditegakkanya keadilan, menumpuknya kekayaan pada segelintir orang, semakin berkuasanya para kapitalis-pemilik modal adalah persoalan yang jauh hari sudah disinggung oleh NDP (HMI).

 Demikian juga dengan pengembangan ilmu dan teknologi, sejak lama NDP, telah memandang bahwa Iptek adalah pilar tegaknya peradaban Islam. Tanpa penguasaan ilmu dan teknologi, umat islam tidak akan menjadi umat terbaik.

Relevansi Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang sangat terasa dengan kondisi hari ini adalah model keberagaman kita yang cenderung bising dan penuh hiruk pikuk. Ironi memang, keberagaman kita akhir-akhir ini berpotensi menimbulkan konflik di tengah-tengah masayarakat, khususnya masayarakat islam itu sendiri.

Sebagaimana contoh, dalam realitas sosial ternyata masih didapati, sebagian kecil materi-materi ceramah yang cenderung kasar, penuh kebencian, bahkan saling mengkafirkan dan menyesatkan kelompok dan aliran tertentu. Sangat tidaklah sesuai dengan semangat dalam islam “Rahmatan lil al-a’min”. Sesungguhnya yang demikian sangat jauh dari nilai-nilai kedamaian yang ditebarkan Islam”.

Dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, sesungguhnya telah mempromosikan keberagaman yang penuh keteduhan dan kedamaian. Keberagaman yang tidak berhenti pada level eksoteris, tetapi mendaki dan menaik pada level soteris.

Keberagaman yang penuh penghargaan dan penghormatan pada perbedaan yang bernuansa “fiqhiyyah”, namun bersama-sama melakukan pendakian spiritual yang penuh kedamaian menuju Tuhan yang Ahad.



Daftar Pustaka

Buku
Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah, Penerjemah: Muhammad Thalib, (Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, 2013), p. 668.
Azhari Akmal Tarigan, 2018. NDP HMI Teks, Interprestasi dan Kontekstualisasi.  Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Djafar Sabran, Risalah Tauhid, (Ciputat: Mitra Fajar Indonesia, 2006), Cet-2, h. 1

Hamka, 1956. " Pelajaran Agama Islam". Jakarta : Bulan Bintang. Hal.25-26.

Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritis Kebudayaan, (Jakarta : LP3S, 1988), Hal.155.

Madjid, Nurcholis. 1990. ”Gagasan dan Latar Belakang Perumusan NDP HMI”, dalam, HMI Menjawab Tantangan Zaman, Gunung Kulabu, Jakarta. Hal.9.

Muhammad Wahyuni Nafis, 2014. “Cak Nur Sang Guru Bangsa” . Jakarta : Kompas

Mulyono dan Bashori, Studi Ilmu Tauhid/Kalam, (Malang:UIN-MALIKI PRESS, 2010).Hal.13

Rasjidi, Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), p. 15

Syaikh Muhammad At-Tamimi, 2000 “ Kitab At-Tauhid Al Ladzi Huwa Haqqullah ‘Alal’Abid” Jakarta : Yayasan Al Sofwa.

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 1995), Cet-3, h.4

Jurnal
Peranan NDP HMI Untuk Melakukan Perubahan
https://yakusaaa.blogspot.com/2018/01/peranan-ndp-hmi-untuk-melakukan.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2019. Pada pukul 07.30 Wita

Sejarah NDP (Nilai Dasar Perjuangan) HMI Pertama Kali. https://komsas-malang.hmi.or.id/read/1734/kader-berbagi/sejarah-ndp-nilai-dasar-perjuangan-hmi-pertama-kali.html. diakses pada tanggal 8 Juli 2019. Pukul 13.40 Wita.