Mamaknai Sumpah Pemuda di Era Disrupsi

  


Sumber Gambar: Media Indonesia

Penulis: M. Alvi Azhari

Lahirnya sumpah pemuda menjadi titik awal sebuah perjuangan pemuda bangsa Indonesia, semangat juang tokoh pemuda sumpah pemuda yang telah mengorbankan tenaga, pikiran, moral bahkan harta bendanya untuk menyatukan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah, memerangi kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan bidang pendidikan. 

Di era disrupsi yang mampu menggantikan pekerjaan manusia karena platform digital, mampu mengubah produksi, distribusi, dan iklan di media. Tidak hanya itu, perubahan ke sistem digital menimbulkan kegiatan aktivitas manusia lebih menunjuk ke arah eksperimen teknologi. Pemuda yang hidup di Era sekarang harus lebih dalam memaknai sumpah pemuda supaya menjadi semangat juang yang terus terpatri dalam sanubari para pemuda-pemudi Indonesia. 

Tugas pemuda saat ini adalah pemuda harus bisa mengambil peran dalam memanfaatkan teknologi, dan bisa menjadi pemandu di garda terdepan untuk mengarahkan masyarakat kepada jalan yang semestianya supaya masyarakat bisa beradaptasi, tidak terlepas dari itu kita generasi muda harus membekali diri dengan keimanan, keilmuan dan keikhlasan yang di ridai Allah SWT. 

Pemuda harus selalu berperan setiap zaman, ketika kolonialisme tidak lagi pada masanya, pemuda harus dapat mengambil peran startegis untuk ikut mengendalikan dinamika perjalanan bangsa terkhusus bangsa Indonesia, agar pemuda Indonesia terhindar dari kehancuran jati diri sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat. Sudah saatnya pemuda tidak hanya menjadi agen of change, tetapi agent of solution itu sendiri. 

Dalam dua pucuk surat yang ditulis oleh Sutan Sjahrir di Lapas Cipinang Sjahrir mengutip sepenggal sajak penyair Jerman, Friedrich Schiller (1723-96) Dalam teks aslinya berbunyi “ Und Setz ihr Nicht das laben Ein, nie wird euch das laben gewon nen sein” yang bermakna “Hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan”. Salam sumpah pemuda Indonesia Tangguh di tangan pemuda.